BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika belajar tentang tasawuf banyak sekali tokoh-tokoh sufisme yang kita jumpai. Tokoh-tokoh tersebut adalah orang yang tekun beribadah dan memutuskan pertalian dengan segala selain Allah, hanya menghadap Allah semata. Tujuannya adalah untuk mencapai kesempurnaan rohani. Yakni kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Kami akan mencoba untuk mengenal salah satu tokoh sufisme yaitu Ibnu Taimiyah. Ibnu Taimiyah merupakan salah satu tokoh ilmuan Islam, yang memberikan sumbangsih pikiran dalam berbagai bidang keilmuan Islam. Seperti dalam filsafat, ilmu kalam/teologi, dan tasawuf sendiri.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang:
1. Siapa Ibnu Taimiyah itu?
2. Bagaimana pemikiran Ibnu Taimiyah dalam tasawuf?
3. Apa corak pemikiran Ibnu Taimiyah?
4. Apa saja karya-karya Ibnu Taimiyah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Singkat
Ibnu Taimiyah atau Taqiuddin Abu Al-Abbas Ahmad bin Halim bin Abdussalam bin Taimiyah Al-Harrani Al-Hambali, dilahirkan pada hari senin, 10 Rabi’ul Awwal 661 H/22 Januari 1263 M. di Harran. Ibnu Taimiyah mengikuti jejak ayahnya yang memeng seorang ulama’-belajar kepada ulama’ besar pada masanya, diantaranya adalah Zainab binti Makki, Ibnu Abd Daim, Al-Qosim, Al-Irbili, Ibnu Abi Amr, Ali Abd Al-Quwl. Selanjutnya Ibnu Taimiyah membaca sendiri ilmu keislaman tanpa bimbingan seorang guru. Ibnu Taimiyah meninggal di Damaskus 20 Dzulhijjah 728 H./25 Sptember 1326 M.
B. Pemikiran Tasawuf
Cinta kepada Allah (mahabbatullah), dan cinta pada Rosul-Nya merupakan seagung-agungnya kewajiban keimanan, sebesar-besarnya pokok keimanan, dan semulia-mulianya dasar keimanan. Bahkan mahabbah merupakan pokok setiap amal perbuatan dari segala perbuatan keimanan dan keagamaan.
Setiap gerak dan perbuatan muncul dari mahabbah, baik itu dari mahabbah yang terpuji (mahmudah) maupun dari mahabbah yang tercela (madzmumah). Seluruh amal perbuatan keimanan itu lahir dari mahabbah mahmudah. Sementara amal yang lahir dari mahabbah madzmumah di sisi Allah itu tidak menjadi amal sholeh.
Pokok mahabbah sebenarnya adalah pengetahuan (ma’rifat) akan Allah SWT. Oleh karena itu mahabbah ini ada dua pokok: pertama, dikenal dengan mahabbah Al-‘Ammah (cinta pada umumnya) karena perbuatan baiknya kepada hamba-hamba-Nya. Mahabbah yang berdiri di atas pokok tersebut tidak ada satupun yang mengingkarinya, karena hati itu dibentuk dengan cinta kepada orang yang berbuat kepadanya dan marah kepada orang yang berbuat jahat kepadanya. Pokok yang kedua yaitu cintanya kepada keluarganya. Maka ini adalah bentuk cinta orang yang telah mengetahui Allah.
Jika mahabbah itu merupakan pokok dari amal keagamaan, maka khauf dan raja’ (perasaan harap-harap cemas) merupakan konsekuensi dari mahabbah dan akan kembali kepadanya. Pasalnya seorang pengharap (al-raji) itu akan tamak terhadap apa yang dicintai-Nya, tidak pada apa yang dibenci-Nya. Sementara orang yang cemas (al-khaif) itu akan lari dari rasa takut untuk memperoleh yang dicintai-Nya.
Orang yang harap-harap cemas jika menggantung rasa harap-harap cemasnya dengan azab karena ketertutupan tuhan darinya, dan menggantungkan (juga) kenikmatan dengan menampakkan kepadanya, maka perlu diketahui bahwa ini merupakan konsekuensi dari cintanya kepada-Nya.
Kecintaan hati bagi manusia ada beberapa tingkatan. Pertama, keterkaitan (al-allaqah), yaitu keterkaitan hati dengan yang dicintai. Kedua, cinta (al-ghuram), yakni cinta sebagaimana biasa, keempat, gairah cinta (al-‘isyq), dan tingkatan yang lainnya adalah al-tatayyum yaitu menjadi budak (hamba) bagi yang dicintainya.
Pemikiran Ibnu Taimiyah sering menjadi ajang polemic dikalangan para ulama' sejak zaman Ibnu Taimiyah sendiri. Dan karena itu beliau sering keluar masuk penjara, terutama mengenai masalah aqidah dan fiqh. Keberanian Ibnu taimiyah ini tidak hanya berbeda dengan ulama' di zamannya namun Ibnu Taimiyah sering menyalahi ijma’. Itulah yang membuat para ulama' di zamannya geram pada Ibnu Taimiyah.
C. Corak Pemikiran Tasawuf
Pandangan Ibnu Taimiyah dalam tasawuf adalah pandangan yang adil lagi berdasarkan ilmu. Sifat adil ini menyebabkan beliau berada di pertengahan, tidak ekstrim ke kanan dalam menerima apa saja yang disandarkan atas nama tasawuf dan tidak ekstrim ke kiri dalam menolak apa saja yang disandarkan atas nama tasawuf. Ukuran yang beliau gunakan untuk berada di pertengahan antara dua ekstrim di atas adalah ilmu yang di ambil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih berdasarkan pemahaman generasi As-Salaf As-Shahih.
Dalam bertasawuf ia mencoba mengembalikan pikiran tasawuf pada ajaran salaf yang berdasar pada Al-Qur’an dan Hadist. Ia lebih berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist dalam bertasawuf dari pada ijma’ para ulama’. Jadi, corak pemikiran tasawuf Ibnu Taimiyah adalah Neo-Sufisme. Yakni berpegang teguh pada nash Al-Qur'an dan As-Sunnah.
D. Karya-karya Ibnu Taymiyyah
Banyak karya-karya yang telah dihasilkan oleh Ibnu Taimiyah dalam perkembangan ajaran agama islam, di antaranya:
• Al-Iman
• Al-Muwafaqoh
• Al-Munazharat Fii Al-Aqidah Al-Washithiyah
• Al-Qiyas Fii Syarh Al-Islam
• At-Ta'sis Fii Radd Asaasit Taqdis
• Bayan Talbisul Jahmiah Fii Ta'asiis Bida'ihimul Kalamiah
• Majmu'a Fatawa Ibnu Taimiyah
• Risalah Khilafah Al-Ummah Fii Al-Ibadah
BAB III
SIMPULAN
Ibnu Taimiyah atau Taqiuddin Abu Al-Abbas Ahmad bin Halim bin Abdussalam bin Taimiyah Al-Harrani Al-Hambali, dilahirkan pada hari senin, 10 Rabi’ul Awwal 661 H/22 Januari 1263 M. di Harran. Dan meninggal di Damaskus 20 Dzulhijjah 728 H./25 Sptember 1326 M.
Mahabbah merupakan pokok setiap amal perbuatan dari segala perbuatan keimanan dan keagamaan. Pokok mahabbah sebenarnya adalah pengetahuan (ma’rifat) akan Allah SWT.
Khauf dan raja’ (perasaan harap-harap cemas) merupakan konsekuensi dari mahabbah dan akan kembali kepadanya. Orang yang harap-harap cemas jika menggantung rasa harap-harap cemasnya dengan azab karena ketertutupan tuhan darinya, dan menggantungkan (juga) kenikmatan dengan menampakkan kepadanya, maka perlu diketahui bahwa ini merupakan konsekuensi dari cintanya kepada-Nya.
Pandangan Ibnu Taimiyah dalam tasawuf adalah pandangan yang adil lagi berdasarkan ilmu. Sifat adil ini menyebabkan beliau berada di pertengahan. Ukuran yang beliau gunakan untuk berada di pertengahan antara dua ekstrim di atas adalah ilmu yang di ambil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih berdasarkan pemahaman generasi As-Salaf As-Shahih. Jadi, corak pemikiran tasawuf Ibnu Taimiyah adalah Neo-Sufisme. Yakni berpegang teguh pada nash Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Karya-karya Ibnu Taimiyah diantaranya:
• At-Ta'sis Fii Radd Asaasit Taqdis
• Al-Iman
• Al-Muwafaqoh
• Al-Munazharat Fii Al-Aqidah Al-Washithiyah
• Al-Qiyas Fii Syarh Al-Islam
• Bayan Talbisul Jahmiah Fii Ta'asiis Bida'ihimul Kalamiah
• Majmu'a Fatawa Ibnu Taimiyah
• Risalah Khilafah Al-Ummah Fii Al-Ibadah
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Thalha. Ibnu Taymiyyah, Hidup dan Pemikirannya, Surabaya; Bina Ilmu, 1982.
Syuhada'. Fungsi Tasawwuf Dalam Islam, Gresik; CV. Bintang Pelajar.
Taimiyah, Ibnu. Risalah Tasawuf Ibnu Taimiyah (terjemah Majmu'a Fatawa Ibnu Taimiyah), Jakarta; Hikmah, 2002.
www.google.co.id
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika belajar tentang tasawuf banyak sekali tokoh-tokoh sufisme yang kita jumpai. Tokoh-tokoh tersebut adalah orang yang tekun beribadah dan memutuskan pertalian dengan segala selain Allah, hanya menghadap Allah semata. Tujuannya adalah untuk mencapai kesempurnaan rohani. Yakni kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Kami akan mencoba untuk mengenal salah satu tokoh sufisme yaitu Ibnu Taimiyah. Ibnu Taimiyah merupakan salah satu tokoh ilmuan Islam, yang memberikan sumbangsih pikiran dalam berbagai bidang keilmuan Islam. Seperti dalam filsafat, ilmu kalam/teologi, dan tasawuf sendiri.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang:
1. Siapa Ibnu Taimiyah itu?
2. Bagaimana pemikiran Ibnu Taimiyah dalam tasawuf?
3. Apa corak pemikiran Ibnu Taimiyah?
4. Apa saja karya-karya Ibnu Taimiyah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Singkat
Ibnu Taimiyah atau Taqiuddin Abu Al-Abbas Ahmad bin Halim bin Abdussalam bin Taimiyah Al-Harrani Al-Hambali, dilahirkan pada hari senin, 10 Rabi’ul Awwal 661 H/22 Januari 1263 M. di Harran. Ibnu Taimiyah mengikuti jejak ayahnya yang memeng seorang ulama’-belajar kepada ulama’ besar pada masanya, diantaranya adalah Zainab binti Makki, Ibnu Abd Daim, Al-Qosim, Al-Irbili, Ibnu Abi Amr, Ali Abd Al-Quwl. Selanjutnya Ibnu Taimiyah membaca sendiri ilmu keislaman tanpa bimbingan seorang guru. Ibnu Taimiyah meninggal di Damaskus 20 Dzulhijjah 728 H./25 Sptember 1326 M.
B. Pemikiran Tasawuf
Cinta kepada Allah (mahabbatullah), dan cinta pada Rosul-Nya merupakan seagung-agungnya kewajiban keimanan, sebesar-besarnya pokok keimanan, dan semulia-mulianya dasar keimanan. Bahkan mahabbah merupakan pokok setiap amal perbuatan dari segala perbuatan keimanan dan keagamaan.
Setiap gerak dan perbuatan muncul dari mahabbah, baik itu dari mahabbah yang terpuji (mahmudah) maupun dari mahabbah yang tercela (madzmumah). Seluruh amal perbuatan keimanan itu lahir dari mahabbah mahmudah. Sementara amal yang lahir dari mahabbah madzmumah di sisi Allah itu tidak menjadi amal sholeh.
Pokok mahabbah sebenarnya adalah pengetahuan (ma’rifat) akan Allah SWT. Oleh karena itu mahabbah ini ada dua pokok: pertama, dikenal dengan mahabbah Al-‘Ammah (cinta pada umumnya) karena perbuatan baiknya kepada hamba-hamba-Nya. Mahabbah yang berdiri di atas pokok tersebut tidak ada satupun yang mengingkarinya, karena hati itu dibentuk dengan cinta kepada orang yang berbuat kepadanya dan marah kepada orang yang berbuat jahat kepadanya. Pokok yang kedua yaitu cintanya kepada keluarganya. Maka ini adalah bentuk cinta orang yang telah mengetahui Allah.
Jika mahabbah itu merupakan pokok dari amal keagamaan, maka khauf dan raja’ (perasaan harap-harap cemas) merupakan konsekuensi dari mahabbah dan akan kembali kepadanya. Pasalnya seorang pengharap (al-raji) itu akan tamak terhadap apa yang dicintai-Nya, tidak pada apa yang dibenci-Nya. Sementara orang yang cemas (al-khaif) itu akan lari dari rasa takut untuk memperoleh yang dicintai-Nya.
Orang yang harap-harap cemas jika menggantung rasa harap-harap cemasnya dengan azab karena ketertutupan tuhan darinya, dan menggantungkan (juga) kenikmatan dengan menampakkan kepadanya, maka perlu diketahui bahwa ini merupakan konsekuensi dari cintanya kepada-Nya.
Kecintaan hati bagi manusia ada beberapa tingkatan. Pertama, keterkaitan (al-allaqah), yaitu keterkaitan hati dengan yang dicintai. Kedua, cinta (al-ghuram), yakni cinta sebagaimana biasa, keempat, gairah cinta (al-‘isyq), dan tingkatan yang lainnya adalah al-tatayyum yaitu menjadi budak (hamba) bagi yang dicintainya.
Pemikiran Ibnu Taimiyah sering menjadi ajang polemic dikalangan para ulama' sejak zaman Ibnu Taimiyah sendiri. Dan karena itu beliau sering keluar masuk penjara, terutama mengenai masalah aqidah dan fiqh. Keberanian Ibnu taimiyah ini tidak hanya berbeda dengan ulama' di zamannya namun Ibnu Taimiyah sering menyalahi ijma’. Itulah yang membuat para ulama' di zamannya geram pada Ibnu Taimiyah.
C. Corak Pemikiran Tasawuf
Pandangan Ibnu Taimiyah dalam tasawuf adalah pandangan yang adil lagi berdasarkan ilmu. Sifat adil ini menyebabkan beliau berada di pertengahan, tidak ekstrim ke kanan dalam menerima apa saja yang disandarkan atas nama tasawuf dan tidak ekstrim ke kiri dalam menolak apa saja yang disandarkan atas nama tasawuf. Ukuran yang beliau gunakan untuk berada di pertengahan antara dua ekstrim di atas adalah ilmu yang di ambil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih berdasarkan pemahaman generasi As-Salaf As-Shahih.
Dalam bertasawuf ia mencoba mengembalikan pikiran tasawuf pada ajaran salaf yang berdasar pada Al-Qur’an dan Hadist. Ia lebih berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist dalam bertasawuf dari pada ijma’ para ulama’. Jadi, corak pemikiran tasawuf Ibnu Taimiyah adalah Neo-Sufisme. Yakni berpegang teguh pada nash Al-Qur'an dan As-Sunnah.
D. Karya-karya Ibnu Taymiyyah
Banyak karya-karya yang telah dihasilkan oleh Ibnu Taimiyah dalam perkembangan ajaran agama islam, di antaranya:
• Al-Iman
• Al-Muwafaqoh
• Al-Munazharat Fii Al-Aqidah Al-Washithiyah
• Al-Qiyas Fii Syarh Al-Islam
• At-Ta'sis Fii Radd Asaasit Taqdis
• Bayan Talbisul Jahmiah Fii Ta'asiis Bida'ihimul Kalamiah
• Majmu'a Fatawa Ibnu Taimiyah
• Risalah Khilafah Al-Ummah Fii Al-Ibadah
BAB III
SIMPULAN
Ibnu Taimiyah atau Taqiuddin Abu Al-Abbas Ahmad bin Halim bin Abdussalam bin Taimiyah Al-Harrani Al-Hambali, dilahirkan pada hari senin, 10 Rabi’ul Awwal 661 H/22 Januari 1263 M. di Harran. Dan meninggal di Damaskus 20 Dzulhijjah 728 H./25 Sptember 1326 M.
Mahabbah merupakan pokok setiap amal perbuatan dari segala perbuatan keimanan dan keagamaan. Pokok mahabbah sebenarnya adalah pengetahuan (ma’rifat) akan Allah SWT.
Khauf dan raja’ (perasaan harap-harap cemas) merupakan konsekuensi dari mahabbah dan akan kembali kepadanya. Orang yang harap-harap cemas jika menggantung rasa harap-harap cemasnya dengan azab karena ketertutupan tuhan darinya, dan menggantungkan (juga) kenikmatan dengan menampakkan kepadanya, maka perlu diketahui bahwa ini merupakan konsekuensi dari cintanya kepada-Nya.
Pandangan Ibnu Taimiyah dalam tasawuf adalah pandangan yang adil lagi berdasarkan ilmu. Sifat adil ini menyebabkan beliau berada di pertengahan. Ukuran yang beliau gunakan untuk berada di pertengahan antara dua ekstrim di atas adalah ilmu yang di ambil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih berdasarkan pemahaman generasi As-Salaf As-Shahih. Jadi, corak pemikiran tasawuf Ibnu Taimiyah adalah Neo-Sufisme. Yakni berpegang teguh pada nash Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Karya-karya Ibnu Taimiyah diantaranya:
• At-Ta'sis Fii Radd Asaasit Taqdis
• Al-Iman
• Al-Muwafaqoh
• Al-Munazharat Fii Al-Aqidah Al-Washithiyah
• Al-Qiyas Fii Syarh Al-Islam
• Bayan Talbisul Jahmiah Fii Ta'asiis Bida'ihimul Kalamiah
• Majmu'a Fatawa Ibnu Taimiyah
• Risalah Khilafah Al-Ummah Fii Al-Ibadah
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Thalha. Ibnu Taymiyyah, Hidup dan Pemikirannya, Surabaya; Bina Ilmu, 1982.
Syuhada'. Fungsi Tasawwuf Dalam Islam, Gresik; CV. Bintang Pelajar.
Taimiyah, Ibnu. Risalah Tasawuf Ibnu Taimiyah (terjemah Majmu'a Fatawa Ibnu Taimiyah), Jakarta; Hikmah, 2002.
www.google.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar